Minggu, 02 Desember 2018

Desaku

Disinilah aku dilahirkan sejak 23 tahun lalu, tak pernah sedikitpun kami bergeming untuk meninggalkan desa ini, bukan karena tak memiliki uang hanya saja tidak ada lagi lapak rumah senyaman disini...

Desa memang terkenal dengan orang-orang yang tak berpendidikan tinggi, tak jauh berbeda dengan desaku, masih banyak pemuda-pemuda disini yang hanya bersekolah sampai SMA saja, hal penyebabnya adalah faktor ekonomi dan minimnya pemahaman mengenai pentingnya pendidikan...

Tak kan sulit kau temui jika berkunjung ke suatu desa, pemuda yang masih berusia belasan sudah menikah bahkan telah memiliki anak hal tersebut dikarenakan pemuda itu tidak lagi mengecam pendidikan hingga perguruan tinggi dan juga dikarenakan MBA (married by accident)

Tak jarang di desa ku dan di desa-desa jiranku kau temukan remaja-remaja menikah di usia dini karena MBA tersebut, hingga saat ini sex bebas memang merupakan problem terbesar negara kita, bahkan setingkat anak-anak desa yang nampaknya polos mampu melakukan  hal tersebut.

Desaku juga bukan merupakan desa agamis, meskipun disini ada sekolah swasta islam yang berdiri namun nyatanya masih sedikit pemuda dan orang tua yang memiliki kesadaran dalam beribadah, disini 99% masyarakatnya menganut agama islam, namun dalam kesehariannya masih jarang kau temukan pemuda yang memakmurkan mesjid, tak jarang kumandang azan juga tak terdengar.

Terlepas dari semua hal diatas, aku tetap bersyukur tinggal di desa ini...
Aku paling suka suasana pagi hari sebelum matahari benar-benar terbit, menghirup udara yang masih bersih, melihat hijaunya pepohonan dan bunga-bunga yang bermekaran mampu menghilangkan penat yang ada.

Desaku ini masih belum merdeka jalannya, dimana-mana masih kau temui lubang-lubang besar yang ditutup dengan pasir dan batu, ketika musim panas tiba maka debu pun begiiiittuuu tebalnya menghiasi rumah dan pekarangan rumahmu, setiap hari pun disapu debunya tetap masih menempel erat di lantai rumah, begitu pula ketika musim hujan datang, lubang-lubang yang ditutupi dengan pasir dan batu akan berubah menjadi kawah-kawah air, dan lubang yang hanya ditutup dengan pasir akan menjadi lumpur dan  akan membahayakan pengendara jika tidak hati-hati karena jalanan menjadi licin.

Hal lain yang aku sukai dari desa ini adalah ketika salah seorang tetangga memiliki hajatan maka tetangga-tetangga lain tidak pernah sulit dalam membantu, orang-orang desa terkenal dengan keramah tamahan dan ringan tangan dalam membantu tanpa pamrih, ya seperti itulah yang kurasakan hidup disini.

Ada satu cerita, ketika itu dirumahku sedang mengadakan hajatan pengajian rutin ibu-ibu atau disini kami menyebutnya dengan "wirid", wirid ini dilakukan setiap hari jum'at, ada juga yang melakukannya di hari-hari lain, namun di desaku dilakukan setiap hari jum'at.
Kemudian ibuku aku biasa memanggilnya dengan "mamak" meminta tolong kepada tetanga sebelah rumah dan beberapa saudaraku untuk masak-masak istilah disini dan biasanya masak-masak tersebut berlangsung selama 2-3 hari, dan ketika hari H semua diluar ekspektasi dapurku begitu padat dengan emak-emak lain yang datang untuk membantu tanpa di undang sedikitpun... masya allah luar biasa sekali jiwa membantu mereka...

Dan ada yang unik di desa ku, mungkin hal seperti ini yang tau hanya orang-orang yang tinggal di pedesaan dan itu pun tidak semua desa menerapkannya, jadi disini ada kebiasaan seperti investasi namun bukan dalm hal uang maupun emas atau saham melainkan dengan sembako, yaaa.... kami menyebutnya dengan "asokan" aku gak tau itu bahasa apa, tapi dari dulu itulah yang selalu disebut mamakku, nah sistemnya seperti investasi di lembaga keuangan  pada umumnya namun ada perbedaannya yaitu ketika jatuh tempo kita diberikan sembako yang sama dengan yg kita beri sebelumnya, misalnya gini, tetanggaku ada hajatan kemudian mamakku ngasok telur 3 papan, nah nanti ketika dirumahku ada hajatan maka tetanggaku itu akan mengembalikan asokan terdahulu berarti si tetangga memberikan 3 papan telur ke mamakku biasanya emak-emak itu memiliki catatan asokan biar gak lupa siapa aja yang ngasokin ketika hajatan dirumahnya, dan hal tersebut lumayan membantu si empunya rumah setidaknya mereka bisa sedikit menghemat pengeluaran. Dan aku juga exited (aku gak tau ini tulisan inggrisnya bener apa enggak) dengan orang yang pertama kali melakukan hal ini, dan aku juga gak tau ini sejarah dan asal muasal asokan ini gimana yang aku tau ini sudah menjadi kebiasaan di daerah tertentu.

Ya... ku cukupkan deh cerita tentang desaku ini, lain kali akan aku bahas kembali dengan cerita unik lainnya 😊

Kwala air hitam, 17 agustus 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar