J. Muharani Nst
Rabu, 02 Agustus 2023
Pengingat untukku
Selasa, 01 Agustus 2023
act of servis ala suami
Kamis, 23 Mei 2019
Hijrah karena Allah atau hijrah karena jodoh?
Aku yakin setiap orang memiliki cerita unik tersendiri dalam menemukan atau dipertemukan dengan sang pujaan hati...
Seperti seseorang yang ku kenal, mereka berkenalan lewat jejaring sosial yaitu facebook, dan tak butuh waktu yang lama akhirnya mereka memutuskan untuk menikah.
Ada juga yang bertemu di suatu Bank dengan status karyawan bank dan pendamping nasabah lalu tak lama kemudian mereka menikah (kalau ini sih cerita kakakku temanya cinta pada pandangan pertama si abang ipar hehehe, btw cerita mereka penuh drama dan modusisasi abg iparku biar lamarannya di terima kakakku hahaha).
Dan masih banyak cerita unik lainnya mengenai pertemuan dengan si “jodoh”, namun aku percaya alat atau tempat atau keadaan atau hal lainnya yang membuat pertemuan itu berlangsung merupakan wasilah atau jalan yang emang udah Allah takdirkan untuk kita, jadi dengan siapapun kita bertemu atau dengan siapapun kita pernah tersakiti berusahalah untuk tak membenci karena sungguh Allah sebaik-baik pemilik rencana, percayalah selalu ada hikmah dibalik pertemuan atau perpisahan yang terjadi entah itu dengan keluarga, sahabat, ataupun percintaan.
Aku bukanlah seseorang yang sejak awal benar-benar mengabdikan diriku untuk Sang pemilik Alam dan seisinya, aku layaknya wanita-wanita puber yang beranjak dewasa dengan segelintir pengalaman hidup yang tidak seluruhnya baik. Aku pun pernah beberapa kali membagi perasaan ini dengan Makhluk-Nya hingga beberapa kali juga merasakan perihnya pengharapan, hingga sampailah pada satu titik balik yang membuatku benar-benar tersadar bahwa berharap kepada makhluk itu adalah hal yang salah sebab sejatinya manusia hanyalah ciptaan yang tidak mampu menjamin kehidupannya di masa mendatang, lalu berpegang pada pengalaman itu aku pun bertekat kuat untuk terus memperbaiki diriku, menjaga marwahku sebagai wanita muslimah, dan menyempurnakan Cintaku pada-Nya. Tidak hanya tekat yang kukuatkan sedikit demi sedikit aku pun mulai memperbaharui lingkunganku, menambah kegiatan-kegiatan positif dengan ikut serta dalam suatu organisasi sosial yang lumayan terkenal di Binjai, mulai mengikuti kajian-kajian yang diadakannya, aktif di kajian-kajian lainnya yang bukan naungan dari organisasi tersebut.
Hingga suatu hari dalam perjalanan “hijrahku” yang masih baru, Allah hadirkan seseorang yang sudah ku kenal sejak 5 atau 6 tahun lalu, kali ini wasilahnya adalah postingan di WA, hari itu aku memposting OPREC salah satu kegiatan dari organisasi yang sedang ku ikuti, kegiatan kali ini yang ingin ku ikuti adalah mengupgrade kualitas diri sebagai calon Ibu sebab ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya, menurutku jika seorang ibu tak memiliki skill ini bagaimana ia akan mengajarkan al-qur’an dengan baik untuk anak-anaknya kelak.
Lewat postingan tersebut doi (sekarang sudah jadi suami hehe) mengutarakan niatan baiknya denganku, gayung bersambut, aku pun menerima niatan baiknya tapi tak serta merta ku terima khitbahnya karena ini urusan fundamental (esseeh bahasanya) jadi aku pun tidak bisa sembarangan menerimanya karena “yang menurut kita baik belum tentu menurut Allah juga baik dan sebaliknya” oleh sebab itu aku butuh Allah sebagai penengahnya, jadi ku sampaikan padanya aku ingin istikharah dahulu dalam menentukan pilihan terbesar dalam hidup ini, karena aku tak ingin salah memilih pasangan seperti kisah-kisah yang pernah ku baca atau yang pernah ku dengar secara langsung bukan sakinnah mawaddah warahmah yang didapati melainkan sengsara di dunia na’udzubillahi min dzalik.
Singkat cerita niatan baik itu ia sampaikan di penghujung tahun 2018 sekitar bulan November akhir, lalu dia mengatur jadwal untuk bertemu keluargaku dalam rangka ta’aruf dengan sebelumnnya kami sudah saling bertukar cv untuk memperkenalkan sedikit kepribadian kami ke keluarga masing-masing.
Tibalah waktu ta’aruf yaitu 15 Desember 2018, tahap pertama alhamdulillah selesai dia membawa kabar bahagia karena ta’arufnya di terima keluargaku, tahap kedua berlangsung yaitu prosesi lamaran atau khitbah yaitu tanggal 19 Januari 2019 sebelum prosesi ini berlangsung kami sekeluarga kelimpungan sebab pemberitahuannya ke keluarga mendadak dan saat itu aku masih tak benar yakin bahwa bakalan di khitbah, hingga abang iparku yang menegaskan lagi kepadanya tujuan mereka sekeluarga datang untuk silaturahim saja atau langsung khitbah dan ternyata jawabannya adalah khitbah (oh ya kami punya grup yang isinya aku, kedua kakaku, abang ipar, mamak, dan dia. Nah di grup itulah tempat kami berdiskusi, aku di kasi warning untuk gak boleh chattingan secara langsung denganya dikhawatirkan terjadi khalwat sebab kami belum sah).
Maka prosesi lamaran pun berlangsung dengan sederhana dan khidmat lalu ditentukan lah tanggal pernikahan, yups terpilihlah tanggal 23 Februari 2019 adalah akad dan walimatul ‘ursy, awalnya dipilih 2 tanggal yaitu tanggal 22 dan 23 februari, akad di tanggal 22 dan 23 adalah walimah, namun dikarenakan kami mengusung konsep pernikahan sederhana dan syar’i dimana tidak ada marhaban, tepung tawar, dan prosesi adat lainnya maka lebih baik di buat di satu hari saja.
Tibalah waktu yang di tunggu-tunggu yaitu 23 Februari 2019, dengan berbagai cobaan pra nikah yang beraneka ragam Alhamdulillah semuanya berjalan lancar,hari itu setelah ijab qabul selesai secara otomatis tanggung jawab ibuku diambil alih olehnya sebagai kekasih halalku penuh rasa haru dan bahagia menyelimuti momentum sakral itu rasa haru lebih di dominasi karena ayah tak mendampingi putri kecilnya yang bakala beranjak menjadi seorang ibu dan rasa-rasa haru lainnya yang tak mampu di ungkapkan dengan kata-kata.
Konsep yang diusung juga alhamdulillah mendapat respon variatif dari orang-orang, sebab aku tinggal di kampung dan kami tidak melaksanakan pesta seperti kebanyakan orang jadilah kami “terasingkan” dan tak sedikit juga yang menginginkan konsep pernikahan sepertiku, its oke bagiku tidak ada masalah, sebab dalam pernikahan yang dicari bukanlah pujian atau pandangan manusia namun Ridhonya Allah dalam pernikahan agar tercipta keluarga yang sakinnah mawaddah warahmah. PERNIKAHAN YANG MENJADIKANNYA BERKAH BUKANLAH MEWAH DAN GLAMORNYA PESTA TERSEBUT, MELAINKAN BANYAKNYA LANTUNAN DO’A YANG MELANGIT HINGGA ‘ARSY-NYA, SEBAB KEBAHAGIAAN DAN KEBERKAHAN DATANGNYA BUKAN DARI MATERI MELAINKAN DARI HATI.
Sungguh aku menerimanya bukan bersebab karena harta atau pandangan duniawi lainnya, namun krn Allah menjawab istikharahku dengan namanya dan bersebab insya allah bersamanya Syurga terasa dekat.
Sejak hari dimana Allah datangkan ia, rasa syukur tak henti ku berikan kepada-Nya, sebab sedikit demi sedikit do’aku terkabul. Aku pernah berdo’a dalam sujudku untuk Allah pertemukan aku dengan orang-orang yang sholih dan sholihah yang mampu menguatkan proses hijrahku, alhamdulillah Allah kabulkan, Allah hadirkan wanita-wanita sholehah di sekililingku yang memiliki visi dan misi yang sama yaitu mengejar Ridho-Nya mereka membersamai kejombolanku saat itu, mengisi hatiku dengan mencinta-Nya lebih dan lebih, dan kemudia Allah hadirkan lelaki Sholeh yang mau membersamaiku dan membimbingku di jalan-Nya.
Aku juga pernah bermimpi menikah dengan prosesi ta’aruf bukan dengan pacaran sebab aku tahu dalam Islam tidak ada istilah pacaran dan aku banyak mendengar kisah-kisah inspiratif dari mereka yang menikah tanpa di dahului dengan pacaran, kebaperan yang haqiqi yang kurasakan ketika mendapati atau membaca kisah-kisah romance about married without dating, alhamdulillah Allah juga kabulkan mimpiku yang ini, kemudian aku juga pernah punya mimpi kelak jika punya suami aku ingin orang jauh agar ada istilah “mudik” hehehe maklumlah sejak lahir aku sudah berada di tempat tinggalku yang sekarang dan kedua orang tuaku juga sudah tak memiliki kampung asli lagi karena sudah pada migrasi, dan alhamdulillah lagi-lagi Allah kabulkan, serta ada beberapa mimpi dan harapanku yang lainnya yang Allah juga kabulkan...
Masya Allah...
وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدۡعُونِيٓ أَسۡتَجِبۡ لَكُمۡۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسۡتَكۡبِرُونَ عَنۡ عِبَادَتِي سَيَدۡخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ ٦٠
Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina" (Q.s, Ghafiir : 60)
Ada banyak makna yang bisa kita ambil dari ayat tersebut bahwa Allah menyuruh kita untuk terus berdo’a jangan khawatir sebab do’a-do’a kita akan Allah kabulkan jika bukan di dunia Insya Allah di akhirat, kemudian Allah juga menyuruh kita berharap hanya kepada-Nya karena sesungguhnya Ia adalah sebaik-baiknya pengabul harap, jangan pernah ragu sebab Allah bersama hamba-hamba-Nya yang senantiasa mengingat-Nya.
Sabtu, 08 Desember 2018
Kampus "Ungu"
Selanjutnya pada tahap II dibangun pendidikan bidang tata niaga yang didukung oleh bantuan tenaga ahli dan fasilitas dari Australia. Pembangunan pendidikan bidang tata niaga mulai diselenggarakan pada tahun 1986 dan dibantu seorang tenaga ahli dari Australia.
Pembangunan Politeknik USU dan Politeknik lainnya, merupakan proyek pemerintah melalui Depdikbud Ditjen DIKTI yang dilaksanakan oleh Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik dikenal dengan singkatan PEDC (Polytechnic Education Development Center) di Bandung.
Melalui Surat Keputusan Mendikbud No. 084/O/1997 tentang Pendirian Politeknik Negeri Medan, maka Politeknik USU Medan secara resmi menjadi Politeknik mandiri dengan nama Politeknik Negeri Medan (Polmed) yang isinya telah diperbaharui dengan SK Mendiknas No.: 130/O/2002 tentang organisasi dan tata kerja Politeknik Negeri Medan.
Pada umumnya masyarakat awam tidak begitu mengenal kampus unguku tercinta , sering sekali ketika saudara-saudaraku atau teman-teman yang baru aku kenal atau yang sudah lama aku kenal namun tidak se-perjuangan denganku di kampus ungu bingung dengan POLMED malah sering jatuhnya mereka menyangka aku kuliah di UNIMED duh mentang-mentang ujungnya sama , bahkan yang lebih ironi nya mereka tak tau ada kampus yang bernama POLMED namun ketika aku sebutkan USU siapaaaa yang tidak kenal oh my god aku ingin mencakar-cakar tembok yang ada , ketika aku sebutkan USU dan mereka mengenalinya barulah tugasku mempromosikan kampus negeri yang satu itu (jiwa marketingnya muncul ), dan biasanya aku akan menjelaskan secara singkat seperti ini " POLMED itu letaknya di pintu empat USU, dulunya POLMED itu merupakan fakultas teknik nya USU kemudian berdasarkan SK Mendikbud 1997 spin off dari USU atau memilih berpisah dan membentuk institusi negeri sendiri" btw berpisah itu sedih ya kan tapi kalau berpisah lalu mampu bangkit dan menjadi lebih baik itu kereeeennn wkwk kok jadi itu...
Selain itu tau gak POLMED itu bangunannya amazing banget loh kayak bangsal Rumah Sakit, sumpah deh awal masuk ke kampus itu aku rada ngerih jalan sendiri di koridor kampus, bahkan kadang aku sering tersesat, bukan karena horor ya tapi aku lupa jalan mana yg harus kulewati lagi wkwk...
Alasannya yaitu kami gak pernah ngisi KRS, setelah itu setiap hari mata kuliahnya banyak (masa aku kami kuliah dari jam 7.30 s.d 15.20 wib) kalau dosen jam pertama s.d ke tiga gak masuk harus tetep nunggu dosen yg terakhir masuk, selanjutnya kami diwajibkan pake baju hitam-putih di hari senin dan kamis (kalau gak punya baju seragam, setiap prodi punya baju seragam masing2 dan dipake untuk praktek), kemudian di hari jum'at wajib pake batik (kalo ini sih kayaknya hanya berlaku untuk anak tata niaga atau non teknik), selanjutnya yaitu peraturannya ketat gengs, kalo telat masuk atau absen tanpa keterangan dikenakan kompensasi baik bayar dengan uang maupun kerja di waktu liburan tiba biasanya akan dikalkulasikan ketika akhir semester, dan saat-saat itu tiba otomatis ruang admin bakalan dipadeti oleh mahasiswa yang mau bayar kompen atau mau mengklarifikasi dan berharap jumlah kompennya berkurang, selain itu POLMED ini semuanya diatur, selain waktu masuk pagi di atur, semua mata kuliah juga sudah diatur istilahnya paketan lah, dan uniknya di POLMED itu mahasiswanya masuknya sama dan keluarnya juga harus sama kembali lagi krn sudah dipaketin, kebayanglah yaa gimana kami PKL, nyelesaikan laporan PKL, kemudian buat Skripsi, riset, sempro dan sidang di semster yang sama yaitu semester 8, ampuuunn dah capeknya gak terkira dikejar deadline, smpe kadang bingung bedain mana keringat mana air mata (eleh lebay kali dah ).
Dan begitu juga dosen bisa dengan mudah mengetahui mahasiswa yang gak serius mendengarkan penjelasannya.
Aku bersyukur juga mengenal dan dipertemukan dengan mereka...
Gak akan selesai-selesai jika membahas mereka mungkin bisa jadi satu novel kali ya pembahasan khusus tentang mereka hehehe
Minggu, 02 Desember 2018
Desaku
Disinilah aku dilahirkan sejak 23 tahun lalu, tak pernah sedikitpun kami bergeming untuk meninggalkan desa ini, bukan karena tak memiliki uang hanya saja tidak ada lagi lapak rumah senyaman disini...
Desa memang terkenal dengan orang-orang yang tak berpendidikan tinggi, tak jauh berbeda dengan desaku, masih banyak pemuda-pemuda disini yang hanya bersekolah sampai SMA saja, hal penyebabnya adalah faktor ekonomi dan minimnya pemahaman mengenai pentingnya pendidikan...
Tak kan sulit kau temui jika berkunjung ke suatu desa, pemuda yang masih berusia belasan sudah menikah bahkan telah memiliki anak hal tersebut dikarenakan pemuda itu tidak lagi mengecam pendidikan hingga perguruan tinggi dan juga dikarenakan MBA (married by accident)
Tak jarang di desa ku dan di desa-desa jiranku kau temukan remaja-remaja menikah di usia dini karena MBA tersebut, hingga saat ini sex bebas memang merupakan problem terbesar negara kita, bahkan setingkat anak-anak desa yang nampaknya polos mampu melakukan hal tersebut.
Desaku juga bukan merupakan desa agamis, meskipun disini ada sekolah swasta islam yang berdiri namun nyatanya masih sedikit pemuda dan orang tua yang memiliki kesadaran dalam beribadah, disini 99% masyarakatnya menganut agama islam, namun dalam kesehariannya masih jarang kau temukan pemuda yang memakmurkan mesjid, tak jarang kumandang azan juga tak terdengar.
Terlepas dari semua hal diatas, aku tetap bersyukur tinggal di desa ini...
Aku paling suka suasana pagi hari sebelum matahari benar-benar terbit, menghirup udara yang masih bersih, melihat hijaunya pepohonan dan bunga-bunga yang bermekaran mampu menghilangkan penat yang ada.
Desaku ini masih belum merdeka jalannya, dimana-mana masih kau temui lubang-lubang besar yang ditutup dengan pasir dan batu, ketika musim panas tiba maka debu pun begiiiittuuu tebalnya menghiasi rumah dan pekarangan rumahmu, setiap hari pun disapu debunya tetap masih menempel erat di lantai rumah, begitu pula ketika musim hujan datang, lubang-lubang yang ditutupi dengan pasir dan batu akan berubah menjadi kawah-kawah air, dan lubang yang hanya ditutup dengan pasir akan menjadi lumpur dan akan membahayakan pengendara jika tidak hati-hati karena jalanan menjadi licin.
Hal lain yang aku sukai dari desa ini adalah ketika salah seorang tetangga memiliki hajatan maka tetangga-tetangga lain tidak pernah sulit dalam membantu, orang-orang desa terkenal dengan keramah tamahan dan ringan tangan dalam membantu tanpa pamrih, ya seperti itulah yang kurasakan hidup disini.
Ada satu cerita, ketika itu dirumahku sedang mengadakan hajatan pengajian rutin ibu-ibu atau disini kami menyebutnya dengan "wirid", wirid ini dilakukan setiap hari jum'at, ada juga yang melakukannya di hari-hari lain, namun di desaku dilakukan setiap hari jum'at.
Kemudian ibuku aku biasa memanggilnya dengan "mamak" meminta tolong kepada tetanga sebelah rumah dan beberapa saudaraku untuk masak-masak istilah disini dan biasanya masak-masak tersebut berlangsung selama 2-3 hari, dan ketika hari H semua diluar ekspektasi dapurku begitu padat dengan emak-emak lain yang datang untuk membantu tanpa di undang sedikitpun... masya allah luar biasa sekali jiwa membantu mereka...
Dan ada yang unik di desa ku, mungkin hal seperti ini yang tau hanya orang-orang yang tinggal di pedesaan dan itu pun tidak semua desa menerapkannya, jadi disini ada kebiasaan seperti investasi namun bukan dalm hal uang maupun emas atau saham melainkan dengan sembako, yaaa.... kami menyebutnya dengan "asokan" aku gak tau itu bahasa apa, tapi dari dulu itulah yang selalu disebut mamakku, nah sistemnya seperti investasi di lembaga keuangan pada umumnya namun ada perbedaannya yaitu ketika jatuh tempo kita diberikan sembako yang sama dengan yg kita beri sebelumnya, misalnya gini, tetanggaku ada hajatan kemudian mamakku ngasok telur 3 papan, nah nanti ketika dirumahku ada hajatan maka tetanggaku itu akan mengembalikan asokan terdahulu berarti si tetangga memberikan 3 papan telur ke mamakku biasanya emak-emak itu memiliki catatan asokan biar gak lupa siapa aja yang ngasokin ketika hajatan dirumahnya, dan hal tersebut lumayan membantu si empunya rumah setidaknya mereka bisa sedikit menghemat pengeluaran. Dan aku juga exited (aku gak tau ini tulisan inggrisnya bener apa enggak) dengan orang yang pertama kali melakukan hal ini, dan aku juga gak tau ini sejarah dan asal muasal asokan ini gimana yang aku tau ini sudah menjadi kebiasaan di daerah tertentu.
Ya... ku cukupkan deh cerita tentang desaku ini, lain kali akan aku bahas kembali dengan cerita unik lainnya 😊
Kwala air hitam, 17 agustus 2018
Secret
Rahasia...
Iya rahasia...
Masa depan seperti, rezeki, jodoh dan maut itu rahasia Allah...
Kita sebagai makhluk-Nya hanya terus berupaya semaksimal mungkin untuk menjalani kehidupan dengan orientasi pahala agar kelak kita termasuk orang-orang yang ditempatkan di syurga-Nya.
Banyak hal yang telah terjadi di diriku...
Keadaan yang mengharuskanku untuk kuat dan mandiri dalam setiap hal, sebab sejak aku kelas 6 SD atau lebih tepatnya pada tahun 2006 ayah yang merupakan rezeki dan titipan terindah yang Allah berikan di kelurga kami, Allah ambil lagi untuk melihat seberapa kuat kami menjalani kehidupan ini...
Sempat putus asa...
Ya... aku pernah merasakannya...
Dunia dan seisinya terasa tak berarti apapun lagi untukku, semua mimpiku hilang begitu saja semangat untuk terus belajar dan bahkan untuk hidup tak ada lagi kala itu...
Yang aku fikirkan hanyalah setelah aku menyelesaikan sekolah dasarku, aku akan membantu ibuku (read: mamak) menopang kebutuhan ekonomi keluarga...
Di usiaku yg kala itu masih 10 tahun aku tak berpikir akan melanjutkan study sampai ke jenjang magister seperti ini, yang aku tau hanyalah kehilangan sosok ayah dan nakhoda kapal keluarga kecil kami, saat itu yg aku tau hanyalah kesedihan dari mamak dan kedua kakakku...
Namun... aku bersyukur berada di tengah keluarga seperti mereka...
Mamak meskipun hatinya terluka kehilangan teman hidup, suami, dan kepala keluarga tapi ia mampu untuk tegar meskipun aku tau sekuat apapun ia selama ini ketika melihat sang kekasih sudah terbujur kaku air mata dan raut kesedihan tak mampu lagi ia bendung...
Seluruh nafsu makan dan segala aktivitas tak mampu ia kerjakan kala itu...
Aku tau ia berusaha tegar... mencoba menutupi kesedihan di depan kami anak-anaknya yang satu pun belum ada yang menikah atau pun bekerja akan tetapi alhamdulillah kakak pertamaku sudah menyelesaikan diploma 3 nya di USU, namun sekuat apapun wanita... ia tetaplah seorang wanita yg hatinya lembut...
Aku tau mamak berfikir keras kala itu krn otomatis mamak sudah mengambil tugas ayah sebagai kepala keluarga dan menjadi ibu untuk ketiga anaknya...
Namun... sekali lagi aku bersyukur dan bangga berada ditengah keluarga ini...
Mamak seorang ibu tangguh yang sangat begitu ku kagumi, ia mampu survive bahkan trus bangkit setelah kepergian ayah...
Alhamdulillah tak ada satupun dari kami yang tidak berpendidikan...
Kami bertiga merasakan bangku perkuliahan di instansi negeri...
Kakak pertamaku mengambil diploma 3 di Universitas Sumatera Utara (USU) jurusan farmasi.
Kakak keduaku mengambil sarjana di Institusi Agama Islam Negeri Sumatera Utara (IAIN, sekarang sudah menjadi UIN-Su) jurusan Pendidikan Agama Islam.
Dan aku mengambil Diploma 4 di Politeknik Negeri Medan (POLMED) Jurusan Akuntansi Prodi Keuangan dan Perbankan Syariah
Itulah rezeki yang Allah hadirkan di kelurga kami setelah kepergian ayah...
Banyak cerita yang sudah kami lalui selepas kontrak ayah di dunia berakhir...
Aku anak bungsunya... sudah terbiasa hidup mandiri dan harus menjadi wanita tangguh karena kondisi yang mengharuskan...
Mungkin dulu anak-anak seusiaku ketika hari pertama sekolah atau pun ketika hari hujan mereka selalu diantar oleh ayahnya menunju sekolah...
Tidak denganku... aku terbiasa datang sendiri dan menunggu hujan reda ataupun ku tempuh saja hujan agar tiba di sekolah...
Begitu juga ketika aku sudah menyelesaikan Sekolah Menengah Pertamaku dan ingin melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas...
Aku masih terus bersyukur meskipun aku tak memiliki ayah lagi dan tak memiliki abang kandung namun kakak keduaku mampu untuk selalu diandalkan...
Dialah yang membantuku mencari dan melihat-lihat SMA yang mungkin aku minati...
Namun singkat cerita pada akhirnya aku memutuskan untuk memilih di jalur yang berbeda dengan kedua kakakku yaitu mondok di salah satu pesantren terbesar dan ternama di Medan (Ar-Raudlatul Hasanah).
Next aku akan cerita pengalamanku nyantri disana 😁
Hingga akhirnya aku melanjutkan study ku di POLMED, kala itu ada rasa sedih mengawali hari-hari perkuliahanku...
Yaaa... meskipun sudah kuliah namun kulihat masih banyak MABA (Mahasiswi Baru) yang ketika Ospek diantar-jemput oleh orang tuanya baik ayah maupun ibunya...
Berbeda halnya denganku... mamak yang sedari dulu aku sudah tau bahwa ia tak bisa mengendarai kendaraan apapun termasuk sepeda oleh sebab itulah mamak begitu mengandalkan ayah untuk pergi kemanapun dikarenakan kondisi rumah kami yang tidak dilalui oleh angkutan umum yang menyulitkan pergerakan orang-orang di kampungku, karena hal itu juga lah anak-anak disini meskipun umurnya masih begitu belia bahkan terkadang untuk menyeimbangkan posisi sepeda motornya dengan badannya saja ia belum mampu namun mereka sudah mahir mengendarai sepeda motor, jadi jangan heran jika sesekali datang ke kampungku dan menemukan hal seperti itu hehe.
Yups... karena aku tau mamak tak mungkin bisa untuk mengantarku begitu juga dengan alm ayah, karena sudah pasti kami berbeda dunia, namun aku terus bersyukur masih memiliki kakak yaaa... kakak keduaku yang mengantarkanku ke kampus di hari pertamaku mengikuti serangkaian acara ospek yang dilaksanakan tepat pukul 06.00 WIB...
Dan pernahkah kalian tau jarak tempuh dari rumahku ke POLMED berapa lama? Sekitar kurang lebih 1 jam. Yaaa... begitulah hari-hari yang ku lalui selama 4 tahun karena aku harus pergi-pulang Rumah-Kampus.
Beberapa hal diatas lah yang mau tak mau menjadikanku sosok yang seperti ini...
Mandiri dan tangguh dalam setiap kondisi apapun yang harus ku lalui...
Next aku akan lanjutkan tulisanku ini ya, so sabar menanti ya 😉